Waktu Didirikan
Banyak kitab buku sejarah yang menuliskan mengenai Candi Borobudur akan namun kapan Candi Borobudur itu di dirikan tidaklah mampu pada ketahui secara pastinamun suatu asumsi mampu di peroleh dengan tulisan singkat yang di pahatkan pada atas pigura relief kaki orisinal Candi Borobudur ( Karwa Wibhangga ) menunjukan huruf sejenis dengan yang di dapatkan dari prasati pada akhir abad ke-8 sampai awal abad ke - 9 dari bukti - bukti tadi mampu pada tarik kesimpulan bahwa Candi Borobudur pada dirikan sekitar tahun 800M.
Kesimpulan tadi di atas itu ternyata sesuai benar dengan dengan kerangka sejarah Indonesia pada umumnya & pula sejarah yang berada di wilayah jawa tengah pada khususnya periode antara abad - 8 & pertengahan abad ke - 9 pada terkenal dengan abad Emas Wangsa Syailendra kejayaan ini pada tandai di bangunnya sejumlah besar candi yang di lereng - lereng gunung kebanyakan berdiri khas bangunan hindu sedangkan yang bertebaran di dataran - dataran adalah spesial bangunan Budha tapi terdapat juga sebagian khas Hindu
Dengan demikian mampu di tarik kesimpulan bahwa Candi Borobudur di bangun oleh wangsa Syailendra yang terkenal dalam sejarah sebab karena usaha untuk menjunjung tinggi & mengagungkan agama Budha Mahayana.
Tahap Pembangunan Borobudur
* Tahap pertama
Masa pembangunan Borobudur tidak diketahui pasti (diperkirakan antara 750 & 850 M). Pada awalnya dibangun tata susun bertingkat. Tampaknya dirancang menjadi piramida berundak. Tetapi kemudian diubah. Sebagai bukti terdapat rapikan susun yang dibongkar.
* Tahap ke dua
Pondasi Borobudur diperlebar, ditambah dengan 2 undak persegi & satu undak lingkaran yang langsung diberikan stupa induk besar.
* Tahap ketiga
Undak atas lingkaran dengan stupa induk besar dibongkar dan dihilangkan dan diganti tiga undak lingkaran. Stupa-stupa dibangun pada puncak undak-undak ini dengan satu stupa besar pada tengahnya.
* Tahap keempat
Ada perubahan mini misalnya pembuatan relief perubahan tangga & lengkung atas pintu.
PENEMUAN pulang
Borobudur yang menjadi keajaiban dunia menjulang tinggi antara dataran rendah pada sekelilingnya. Tidak akan pernah masuk akal mereka melihat karya seni terbesar yang merupakan output karya sangat mengagumkan dan tidak lebih masuk akal lagi Bila di katakan Candi Borobudur pernah mengalami kerusakan
Memang demikian keadaannya Candi Borobudur terlupakan selama tenggang waktu yang cukup lama bahkan hingga berabad - abad bangunan yang begitu megahnya pada hadapkan dalam proses kehancuran. Kira - kira hanya 150 tahun Candi Borobudur di gunakan sebagai pusat Ziarah, waktu yang singkat di bandingkan dengan usianya saat pekerja menghiasi / membentuk bukit alam Candi Borobudur dengan batu - batu pada bawah pemerintahan yang sangat terkenal yaitu SAMARATUNGGA, sekitar tahun 800 - an dengan berakhirnya kerajaan Mataram memahami 930 M pusat kehidupan dan kebudayaan jawa bergeser ke timur
Demikian karena terbengkalai tidak terurus maka lama - lama di sana - sini tumbuh macam - macam tanaman liar yang lama kelamaan menjadi rimbun dan menutupi bangunannya. Dalam kira - kira abad ke - 10 Candi Borobudur terbengkalai & terlupakan. Baru pada tahun 1814 M berkat usaha Sir Thomas Stamford Rafles Candi Borobudur ada dari kegelapan masa silam. Rafles adalah Letnan Gubernur Jendral Inggris, ketika Indonesia pada kuasai / di jajah Inggris pada tahun 1811 M -1816 M.
Pada tahun 1835 M seluruh candi pada bebaskan dari apa yang sebagai penghalang pemandangan sang Presiden kedua yang bernama Hartman, karena begitu tertariknya terhadap Candi Borobudur sehingga beliau mengusahakan pembersihan lebih lanjut, puing -puing yang masih menutupi candi di singkirkan dan tanah yang menutupi lorong - lorong dari bangunan candi pada singkirkan semua sehingga candi lebih baik pada bandingkan sebelumnya.
PENYELAMATAN 1
Semenjak Candi Borobudur di temukan dimulailah usaha perbaikan & pemugaran pulang bangunan Candi Borobudur, mula - mula hanya dilakukan secara - kecilan serta pembuatan gambar - gambar & photo - photo reliefnya. Pemugaran Candi Borobudur yang pertama kali di adakan dalam tahun 1907 M -1911 M pada bawah pimpinan Tuan Van erf dengan maksudnya adalah untuk menghindari kerusakan â- kerusakan yang lebih besar lagi dari bangunan Candi Borobudur
Teras tertinggi setelah restorasi Van Erp
Walaupun banyak spare part tembok atau - dinding terutama tingkat 3 dari bawah sebelah Barat Laut, Utara dan Timur Laut yang masih tampak miring dan sangat mengkhawatirkan bagi para pengunjung juga bangunannya sendiri namun pekerjaan Van Erp tersebut untuk sementara Candi Borobudur mampu di selamatkan dari kerusakan yang lebih besar.
Mengenai gapura - gapura hanya beberapa saja yang sudah pada kerjakan masa itu sudah mengembalikan kejayaan masa silam, tahun yang di lalui borobudur selama tersembunyi pada - semak secara tidak langsung sudah menutupi dan melindungi dari cuaca jelek yang mungkin dapat merusak bangunan Candi Borobudur, Van Erp berpendapat miring & meleseknya dinding - dinding dari bangunan itu tidak sangat membahayakan bangunan itu, Pendapat itu sampai 50 tahun kemudian memang tidak salah akan tetapi sejak tahun 1960 M pendapat Tuan Van erf itu mulai pada ragukan & di khawatirkan akan terdapat kerusakan yang lebih parah perbaikan CANDI BOROBUDUR pemugaran Candi Borobudur di mulai lepas 10 Agustus 1973 prasati dimulainya pekerjaan pemugaran Candi Borobudur terletak pada sebelah Barat Laut Menghadap ke timur. Karyawan pemugaran tidak kurang dari 600 orang diantaranya ada tenaga - tenaga muda lulusan Sekolah Menengah Atas dan SIM bangunan yang memang diberikan pendidikan khususnya mengenai teori dan praktek dalam bidang Chemika Arkeologi ( CA ) & Teknologi Arkeologi ( TA )
Teknologi Arkeologi bertugas membongkar & memasang batu - batu Candi Borobudur sedangkan Chemika Arkeologi bertugas membersihkan serta memperbaiki batu - batu yang sudah retak & pecah, pekerjaan - pekerjan di atas bersifat arkeologi seluruh di tangani sang badan perbaikan Candi Borobudur, sedangkan pekerjaan yang bersifat teknis misalnya penyediaan transportasi pengadaaan bahan bahan bangunan di tangani oleh kontraktor.
( PT NIDYA KARYA & THE CONTRUCTION AND DEVELOPMENT CORPORATION OF THE FILIPINE ).
Spare part spare part Candi Borobudur yang pada pugar ialah komponen Rupadhatu yaitu tempat tingkat dari bawah yang berbentuk bujur sangkar sedangkan kaki Candi Borobudur serta teras I, II, III & stupa induk ikut di pugar pemugaran selesai dalam tanggal 23 Februari 1983 M di bawah pimpinan DR Soekmono dengan di tandai sebuah batu prasati seberat + 20 Ton.
Prasasti peresmian selesainya perbaikan berada di page barat dengan batu yang sangat besar pada buatkan dengan 2 bagian satu menghadap ke utara satu lagi menghadap ke timur penulisan dalam prasasti tadi pada tanda tangani langsung oleh tenaga yang pakar dan terampil dari Yogyakarta yang bekerja dalam proyek perbaikan Candi Borobudur.
Ikhtisar Waktu Proses perbaikan Candi borobudur
* 1814 - Sir Thomas Stamford Raffles, Gubernur Jenderal Britania Raya di Jawa, mendengar adanya penemuan benda purbakala pada desa Borobudur. Raffles memerintahkan H.C. Cornelius untuk memeriksa lokasi penemuan, berupa bukit yang dipenuhi semak belukar.
* 1873 - monografi pertama tentang candi diterbitkan.
* 1900 - pemerintahan Hindia Belanda memutuskan sebuah panitia perbaikan dan perawatan candi Borobudur.
* 1907 - Theodoor van Erp memimpin perbaikan hingga tahun 1911.
* 1926 - Borobudur dipugar kembali, akan tetapi terhenti dalam tahun 1940 akibat krisis malaise & Perang Dunia II.
* 1956 - Pemerintah Indonesia meminta bantuan UNESCO.
Prof. Dr. C. Coremans tiba ke Indonesia dari Belgia untuk meneliti karena-karena kerusakan Borobudur.
* 1963 - Pemerintah Indonesia mengeluarkan surat keputusan untuk memugar Borobudur, akan tetapi berantakan sesudah terjadi peristiwa G-30-S.
* 1968 - dalam konferensi-15 di Perancis, UNESCO putusan bulat untuk memberi bantuan untuk menyelamatkan Borobudur.
* 1971 - Pemerintah Indonesia membentuk badan pemugaran Borobudur yang diketuai Prof.Ir.Roosseno.
* 1972 - International Consultative Committee dibuat dengan melibatkan berbagai negara & Roosseno sebagai ketuanya.
Komite yang disponsori UNESCO menyediakan lima juta dolar Amerika perkumpulan dari biaya pemugaran 7.750 juta dolar Amerika serikat.
Sisanya ditanggung Indonesia.
* 10 Agustus 1973 - Presiden Soeharto meresmikan dimulainya perbaikan Borobudur; pemugaran selesai pada tahun 1984
* 21 Januari 1985 - terjadi serangan bom yang merusakkan beberapa stupa pada Candi Borobudur yang kemudian segera diperbaiki kembali.
Serangan dilakukan sang kelompok Islam ekstremis yang dipimpin sang Husein Ali Al Habsyi.
* 1991 - Borobudur ditetapkan menjadi Warisan Dunia UNESCO.
ASAL - USUL NAMA BOROBUDUR
Banyak teori yang berusaha menjelaskan nama candi ini.
Salah satunya menyatakan bahwa nama ini kemungkinan berasal dari tutur Sambharabhudhara, yaitu artinya "gunung" (bhudara) di mana di lereng-lerengnya terletak teras-teras. Selain itu terdapat beberapa etimologi masyarakat lainnya. Misalkan tutur borobudur dari dari ucapan "para Buddha" yang karena pergeseran bunyi sebagai borobudur. Penjelasan lain ialah bahwa nama ini dari dari 2 kata "bara" & "beduhur". Kata bara konon dari dari tutur vihara, sementara ada jua penjelasan lain di mana bara asal dari bahasa Sansekerta yang artinya kompleks candi atau biara dan beduhur artinya ialah "tinggi", atau mengingatkan dalam bahasa Bali yang berarti "di atas". Jadi maksudnya ialah sebuah biara atau asrama yang berada pada tanah tinggi. Sejarawan J.G. De Casparis dalam disertasinya untuk mendapatkan gelar doktor dalam 1950 berpendapat bahwa Borobudur adalah tempat pemujaan. Berdasarkan prasasti Karangtengah & Kahulunan, Casparis memperkirakan pendiri Borobudur adalah raja Mataram dari wangsa Syailendra bernama Samaratungga, yang melakukan pembangunan sekitar tahun 824 M. Bangunan raksasa itu baru mampu diselesaikan dalam masa putrinya, Ratu Pramudawardhani. Pembangunan Borobudur diperkirakan memakan waktu setengah abad. Dalam prasasti Karangtengah juga disebutkan mengenai penganugerahan tanah sima (tanah bebas pajak) Kahulunan (Pramudawardhani) untuk memelihara yang disebut Bhmisambhra.
Kata Kamn sendiri berasal dari tutur mula yang berarti tempat dari muasal, bangunan suci untuk memuliakan leluhur, kemungkinan leluhur dari wangsa Sailendra. Casparis memperkirakan bahwa Bhmi Sambhra Bhudhra dalam bahasa sansekerta yang berarti "Bukit himpunan kebajikan sepuluh tingkatan boddhisattwa", adalah nama orisinal Borobudur.
BANGUNAN CANDI BOROBUDUR
URAIAN BANGUNAN CANDI BOROBUDUR
Candi Borobudur di bangun mengunakan batu Adhesit sebanyak 55.000 M3 bangunan Candi Borobudur berbentuk limas yang berundak undak dengan tangga naik dalam ke 4 sisinya ( Utara, selatan, Timur & Barat ) dalam Candi Borobudur tidak ada ruangan pada mana orang tidak bisa masuk melainkan bisa naik ke atas saja.
Lebar bangunan Candi Borobudur 123 M
Panjang bangunan Candi Borobudur 123 M
Dalam sudut yang membelok 113 M
Tinggi bangunan Candi Borobudur 30.5 M
Dalam kaki yang orisinal di pada tutup sang batu Adhesit sebanyak 12.750 M3 sebagai selasar undaknya.
Candi Borobudur mempunyai struktur dasar punden berundak, dengan enam pelataran berbentuk bujur sangkar, tiga pelataran berbentuk bundar melingkar & sebuah stupa primer sebagai puncaknya. Selain itu tersebar di semua pelatarannya beberapa stupa. Sepuluh pelataran yang dimiliki Borobudur menggambarkan secara jelas filsafat mazhab Mahayana. Bagaikan sebuah kitab, Borobudur mendeskripsikan sepuluh tingkatan Bodhisattva yang harus dilewati untuk mencapai kesempurnaan sebagai Buddha. Spare part kaki Borobudur melambangkan Kamadhatu, yaitu dunia yang masih dikuasai sang kama atau "nafsu rendah". Komponen ini sebagian besar tertutup sang tumpukan batu yang diduga dibuat untuk memperkuat konstruksi candi. Dalam bagian yang tertutup struktur tambahan ini terdapat 120 panel cerita Kammawibhangga.
Sebagian mini struktur tambahan itu disisihkan sebagai akibatnya orang masih dapat melihat relief pada komponen ini.
Empat lantai dengan dinding berelief pada atasnya sang para ahli dinamakan Rupadhatu. Lantainya berbentuk persegi. Rupadhatu adalah dunia yang telah mampu membebaskan diri dari nafsu, tetapi masih terikat sang rupa & bentuk.
Tingkatan ini melambangkan alam antara yakni, antara alam bawah dan alam atas. Pada komponen Rupadhatu ini patung-patung Buddha terdapat dalam ceruk-ceruk dinding pada atas ballustrade atau selasar.
Mulai lantai kelima hingga ketujuh dindingnya tidak berelief.
Tingkatan ini dinamakan Arupadhatu (yang berarti tidak berupa atau tidak berwujud).
Denah lantai berbentuk lingkaran.
Tingkatan ini melambangkan alam atas, pada mana manusia sudah bebas dari segala keinginan & ikatan bentuk & rupa, tetapi belum mencapai surga .
Patung-patung Buddha ditempatkan di dalam stupa yang ditutup berlubang-lubang misalnya dalam kurungan. Dari luar patung-patung itu masih tampak kurang jelas. Tingkatan tertinggi yang mendeskripsikan ketiadaan wujud dilambangkan berupa stupa yang terbesar & tertinggi.
Stupa digambarkan polos tanpa lubang-lubang.
Di dalam stupa terbesar ini pernah ditemukan patung Buddha yang tidak sempurna atau disebut jua unfinished Buddha, yang disalahsangkakan sebagai patung Adibuddha, padahal melalui penelitian lebih lanjut tidak pernah ada patung dalam stupa utama, patung yang tidak selesai itu merupakan kesalahan pemahatnya pada zaman dahulu.
Dari kepercayaan patung yang salah dalam proses pembuatannya memang tidak boleh dirusak.
Penggalian arkeologi yang dilakukan pada halaman candi ini menemukan banyak patung seperti ini.
Pada masa kemudian, beberapa patung Buddha bareng dengan 30 batu dengan relief, 2 patung singa, beberapa batu berbentuk kala, tangga dan gerbang dikirimkan kepada Raja Thailand, Chulalongkorn yang mengunjungi Hindia Belanda (kini Indonesia) pada tahun 1896 sebagai hadiah dari pemerintah Hindia Belanda ketika itu.
Borobudur tidak memiliki ruang-ruang pemujaan misalnya candi-candi lain.
Yang ada ialah lorong-lorong panjang yang merupakan jalan sempit.
Lorong-lorong dibatasi dinding mengelilingi candi tingkat demi tingkat.
Di lorong-lorong inilah umat Buddha diperkirakan melakukan upacara berjalan kaki mengelilingi candi ke arah kanan.
Bentuk bangunan tanpa ruangan dan struktur bertingkat-tingkat ini diduga adalah perkembangan dari bentuk punden berundak, yang adalah bentuk arsitektur asli dari masa prasejarah Indonesia.
Struktur Borobudur Jika ditinjau dari atas membentuk struktur Mandala.
Struktur Borobudur tidak menggunakan semen sama sekali, melainkan sistem interlock yaitu seperti balok-balok Lego yang bisa menempel tanpa lem.
PATUNG
di dalam bangunan Budha terdapat patung - patung Budha berjumlah 504 buah antara lain sebagai berikut:
Patung Budha yang terdapat dalam relung - relung : 432 butirSedangkan dalam teras - teras I, II, III berjumlah : 72 buahJumlah : 504 Buah agar lebih kentara susunan - susunan patung Budha dalam Budha menjadi berikut:
1. Langkah I Teradapat : 104 Patung Budha
2. Langkah II Terdapat : 104 Patung Budha
3. Langkah III Terdapat : 88 Patung Budha
4. Langkah IV Terdapat : 22 Patung Budha
5. Langkah V Terdapat : 64 Patung Budha
6. Teras Bundar I Terdapat : 32 Patung Budha
7. Teras Bundar II Terdapat : 24 Patung Budha
8. Teras Bundar III Terdapat : 16 Patung Budha
Jumlah : 504 Patung Budha
Sekilas patung Budha itu tampak serupa semuanya namun sesunguhnya ada pula perbedaannya perbedaan yang sangat kentara dan jua yang membedakan satu sama lainya adalah dalam sikap tangannya yang di sebut Mudra dan merupakan ciri spesial untuk setiap patung sikap tangan patung Budha pada Candi Borobudur terdapat 6 macam hanya saja sebab macam sang karena macam mudra yang di miliki menghadap seluruh arah (Timur Selatan Barat dan Utara) pada bagian rupadhatu langkah V juga dalam komponen arupadhatu pada umumnya mendeskripsikan maksud yang sama maka jumlah mudra yang pokok ada lima. kelima mudra itu adalah Bhumispara - Mudra Wara - Mudra, Dhayana - Mudra, Abhaya - Mudra, Dharma Cakra - Mudra.
PATUNG SINGA
pada Candi Borobudur selain patung Budha jua terdapat patung singa jumlah patung singa seharusnya tidak kurang dari 32 buah akan tetapi Bila pada hitung kini jumlahnya berkurang sebab berbagai karena satu satunya patung singa besar berada dalam halaman sisi Barat yang jua menghadap ke barat seolah - olah sedang menjaga bangunan Candi Borobudur yang megah dan anggun.
STUPA
- Stupa Induk
Berukuran lebih besar dari stupa - stupa lainya dan terletak di tengah - tengah paling atas yang adalah mhkota dari seluruh monumen bangunan Candi Borobudur, garis tengah Stupa induk + 9.90 M puncak yang tertinggi di sebut pinakel / Yasti Cikkara, terletak pada atas Padmaganda & juga trletak di garis Harmika.
- Stupa Berlubang / Terawang
Yang dimaksud stupa berlubang atau terawang ialah Stupa yang terdapat dalam teras I, II, III pada mana di dalamnya terdapat patung Budha.
Pada Candi Borobudur jumlah stupa berlubang seluruhnya 72 Buah, stupa - stupa tadi berada pada tingkat Arupadhatu
- Teras I terdapat 32 Stupa
- Teras II terdapat 24 Stupa
- Teras III terdapat 16 Stupa
- Stupa kecil
Stupa kecil berbentuk hampir sama dengan stupa yang lainya hanya saja perbedaannya yang menojol adalah ukurannya yang lebih mini dari stupa yang lainya, seolah - olah menjadi hiasan bangunan Candi Borobudur keberadaanstupa ini menempati relung - relung pada langkah ke II saampai langkah ke V sedangkan dalam langkah I berupa Keben dan sebagian berupa Stupa mini jumlah stupa mini terdapat 1472 Buah.
RELIEF
di setiap tingkatan dipahat relief-relief pada dinding candi.
Relief-relief ini dibaca sesuai arah jarum jam atau dianggap mapradaksina dalam bahasa Jawa Kuna yang dari dari bahasa Sansekerta daksina yang artinya ialah timur. Relief-relief ini bermacam-macam isi ceritanya, antara lain relief-relief cerita jtaka. Pembacaan cerita-cerita relief ini senantiasa dimulai, & berakhir dalam pintu gerbang sisi timur di setiap tingkatnya, mulainya di sebelah kiri dan berakhir pada sebelah kanan pintu gerbang itu.
Maka secara nyata bahwa sebelah timur adalah tangga naik yang sesungguhnya (primer ) & menuju puncak candi, artinya bahwa candi menghadap ke timur meskipun sisi-sisi lainnya serupa benar.
Secara runtutan, maka cerita pada relief candi secara singkat bermakna sebagai berikut :
KARMAWIBHANGGA
Sesuai dengan makna simbolis pada kaki candi, relief yang menghiasi dinding batur yang terselubung tersebut mendeskripsikan aturan karma. Deretan relief tersebut bukan merupakan cerita seri (serial), namun pada setiap pigura mendeskripsikan suatu cerita yang memiliki korelasi sebab akibat. Relief tersebut tidak saja memberi gambaran terhadap perbuatan tercela manusia disertai dengan denda yang akan diperolehnya, namun pula perbuatan baik manusia dan pahala. Secara keseluruhan adalah penggambaran kehidupan manusia dalam lingkaran lahir - hidup - tewas (samsara) yang tidak pernah berakhir, dan sang kepercayaan Buddha rantai tersebutlah yang akan diakhiri untuk menuju kesempurnaan
LALITAWISTARA
adalah penggambaran riwayat Sang Buddha dalam deretan relief-relief (tetapi bukan adalah riwayat yang lengkap ) yang dimulai dari turunnya Sang Buddha dari sorga Tusita, & berakhir dengan wejangan pertama pada Taman Rusa dekat kota Banaras. Relief ini berderet dari tangga dalam sisi sebelah selatan, selesainya melampui deretan relief sebanyak 27 pigura yang dimulai dari tangga sisi timur. Ke-27 pigura tadi mendeskripsikan kesibukan, baik di sorga maupun di dunia, menjadi persiapan untuk menyambut hadirnya penjelmaan terakhir Sang Bodhisattwa selaku calon Buddha.
Relief tadi menggambarkan lahirnya Sang Buddha pada arcapada ini sebagai Pangeran Siddhartha, putra Raja Suddhodana & Permaisuri Maya dari Negeri.
Kapilawastu.
Relief tersebut berjumlah 120 pigura, yang berakhir dengan wejangan pertama, yang secara simbolis dinyatakan sebagai Pemutaran Roda Dharma, ajaran Sang Buddha di sebut dharma yang juga berarti "hukum", sedangkan dharma dilambangkan menjadi roda.
JATAKA & AWADANA
Jataka adalah cerita mengenai Sang Buddha sebelum dilahirkan menjadi Pangeran Siddharta. Isinya merupakan pokok penonjolan perbuatan baik, yang membedakan Sang Bodhisattwa dari makhluk lain manapun jua.
Sesungguhnya, pengumpulan jasa/perbuatan baik adalah tahapan persiapan dalam usaha menuju ketingkat ke-Buddha-an.
Sedangkan Awadana, dalam dasarnya hampir sama dengan Jataka akan tetapi pelakunya bukan Sang Bodhisattwa, melainkan orang lain & ceritanya dihimpun dalam kitab Diwyawadana yang berarti perbuatan mulia kedewaan, dan kitab Awadanasataka atau seratus cerita Awadana.
Dalam relief candi Borobudur jataka dan awadana, diperlakukan sama, artinya keduanya terdapat dalam deretan yang sama tanpa dibedakan.
Himpunan yang paling terkenal dari kehidupan Sang Bodhisattwa adalah Jatakamala atau untaian cerita Jataka, karya penyair Aryasura & jang hidup dalam abad ke-4 Masehi.
GANDAWYUHA
adalah deretan relief menghiasi dinding lorong ke-2,adalah cerita Sudhana yang berkelana tanpa mengenal lelah dalam usahanya mencari Pengetahuan Tertinggi mengenai Kebenaran Sejati sang Sudhana.
Penggambarannya dalam 460 pigura didasarkan pada kitab suci Buddha Mahayana yang berjudul Gandawyuha, dan untuk bagian penutupnya dari cerita kitab lainnya yaitu Bhadracari.
ARCA BUDDHA
Selain wujud buddha dalam kosmologi buddhis yang terukir pada dinding, pada Borobudur terdapat banyak arca buddha duduk bersila dalam posisi lotus serta menampilkan mudra atau sikap tangan simbolis tertentu.
Patung buddha dalam relung-relung pada tingkat Rupadhatu, diatur dari barisan di sisi luar pagar langkan. Jumlahnya semakin berkurang pada sisi atasnya. Barisan pagar langkan pertama terdiri dari 104 relung, baris kedua 104 relung, baris ketiga 88 relung , baris keempat 72 relung, dan baris kelima 64 relung.
Jumlah total terdapat 432 arca Buddha pada tingkat Rupadhatu.
Dalam spare part Arupadhatu (tiga pelataran melingkar), arca Buddha diletakkan pada dalam stupa-stupa berterawang (berlubang).
Pada pelataran melingkar pertama terdapat 32 stupa, pelataran kedua 24 stupa, & pelataran ketiga terdapat 16 stupa, semuanya total 72 stupa.
Dari jumlah asli sebanyak 504 arca Buddha, lebih dari 300 sudah rusak (kebanyakan tanpa kepala) & 43 hilang (sejak penemuan monumen ini, kepala buddha sering dicuri sebagai barang koleksi, kebanyakan sang museum luar negeri). Secara sepintas semua arca buddha ini terlihat serupa, akan namun terdapat perbedaan halus diantaranya, yaitu pada mudra atau posisi sikap tangan. Terdapat lima golongan mudra: Utara, Timur, Selatan, Barat, & Tengah, kesemuanya berdasarkan lima arah primer kompas berdasarkan ajaran Mahayana.
Keempat pagar langkan memiliki empat mudra: Utara, Timur, Selatan, & Barat, dimana masing-masing arca buddha yang menghadap arah tersebut menampilkan mudra yang khas.
Arca Buddha dalam pagar langkan kelima & arca buddha pada dalam 72 stupa berterawang pada pelataran atas menampilkan mudra: Tengah atau Pusat. Masing-masing mudra melambangkan lima Dhyani Buddha; masing-masing dengan makna simbolisnya tersendiri
sumber:asalusulmotivasi.blogspot.com